Rabu, 17 Agustus 2016

Curahan hati

Belajarku sebagai mahasiswa masih sebatas membaca dan membuat makalah. Pengalamanku sebagai mahasiswa masih sebatas pelaksana dan perencana program kerja.
Setiap kampus berbudaya, ada yang bangga dengan jas birunya, ada yang bangga dengan perjuangannya, ada pula yang aktif dengan  mengawal setiap kebijakan pemerintahan bangsanya. Setiap kampus punya budayanya, ada yang bangga dengan bagusnya bungkus luar kampusnya tapi siapa yang tahu ternyata mlempem isi di dalamnya.

Eksistansi mahasiswa sekarang adalah visual mata, bukan esensi dari banyaknya kontribusi nyata. Siapa yang peduli?  Selama dia hits, rame, cantik, menarik dan pandai bergaya semua orang akan mengenalnya. Kemana perginya orang di kenal karna karyanya? Kemana perginya orang yang dikenal karena tulisannya? Kemana orang yang dikenal karena kontribusiinya? Kemana perginya orang yang dikenal karena prestasinya?

Semua sibuk dengan keinginan cepat lulus biar cepat kaya. Lupa dengan situasi diluar mereka, lupa untuk memcoba mengerti  apa lagi untuk peduli . Hingga ada yang berkata,"selama tidak merugikanku itu tidak masalah, selama tidak merugikanku apapun terserah mereka"

Peluh keluh keringat semangat perjuangan telah digantikan dengan canda tawa kebersamaan. Pokoknya kebersamaan, lupa kalo kebersamaan butuh pengeluaran. Tidak masalah bila kebersamaan adalah sebuah momen berkumpul bersama untuk saling membuat ikatan persahabatan atau bahkan mungkin ikatan keluargaan. Tapi tidak bisakah ada sedikit unsur kesederhanaan? Haruskah selalu dalam bingkai kemewahan? Haruskah hura - hura, haruskah slalu dengan makan  bersama di restoran?

Haruskah Saya mulai berfikir tidak warasnya mereka ketika selalu berusaha mengejar kesenangan dunia, melihat bagaimana mereka hidup. Galau sedikit karaoke, bosen dikit ngemall, pengen curhat pergi ke kafe. Apapun itu bau bau hedonisme. Kuliah seharusnya bukan hanya sekedar berubahnya gaya hidup yang biasa menjadi luar biasa. Tak sekedar itu..

Melirik ke kampus sebelah membuatku semakin resah, lihat bagaimana mereka hidup penuh perjuangan, lihat mereka di tempa untuk jadi militan, lihat mereka bisa menjalin kebersamaan bahkan dalam lingkar kesederhanaan, tapi coba liat sehebat apa alumni yang mereka ciptakan, direktur garuda bahkan sampai direktur perusahaan kelas pertamina.

Memang tidak semua metode bisa di terapkan di tempat yang lain. Tapi selama ini baik kenapa tidak mau mencoba? Apa karena teori yang sudah ada menghambat langkah kita untuk berusaha berubah? Apa kita yang terlalu sombong? Atau kita yang terlalu nyaman?

Maafkan pikiran pikiran rusuh ini, ini hanya ungkapan mahasiswa yang bingung karena merasa berhenti berkembang, hanya ungkapan mahasiswa yang tidak nyaman dalam kenyamanan, hanya mahasiswa yang kebingungan atau bahkan ketakutan. Hanya ungkapan mahasiswa yang ingin berjuang tapi tak tau apa yang harus diperjuangkan.

Curhatan seorang Mahasiswa.