Belajarku sebagai mahasiswa masih sebatas
membaca dan membuat makalah. Pengalamanku sebagai mahasiswa masih sebatas
pelaksana dan perencana program kerja.
Setiap kampus berbudaya, ada yang bangga
dengan jas birunya, ada yang bangga dengan perjuangannya, ada pula yang aktif
dengan mengawal setiap kebijakan
pemerintahan bangsanya. Setiap kampus punya budayanya, ada yang bangga dengan
bagusnya bungkus luar kampusnya tapi siapa yang tahu ternyata mlempem isi di
dalamnya.
Eksistansi mahasiswa sekarang adalah visual
mata, bukan esensi dari banyaknya kontribusi nyata. Siapa yang peduli? Selama dia hits, rame, cantik, menarik dan
pandai bergaya semua orang akan mengenalnya. Kemana perginya orang di kenal
karna karyanya? Kemana perginya orang yang dikenal karena tulisannya? Kemana orang yang dikenal karena
kontribusiinya? Kemana perginya orang yang dikenal karena prestasinya?
Semua sibuk dengan keinginan cepat lulus
biar cepat kaya. Lupa dengan situasi diluar mereka, lupa untuk memcoba
mengerti apa lagi untuk peduli . Hingga
ada yang berkata,"selama tidak merugikanku itu tidak masalah, selama
tidak merugikanku apapun terserah mereka"
Peluh keluh keringat semangat perjuangan
telah digantikan dengan canda tawa kebersamaan. Pokoknya kebersamaan, lupa kalo
kebersamaan butuh pengeluaran. Tidak masalah bila kebersamaan adalah sebuah
momen berkumpul bersama untuk saling membuat ikatan persahabatan atau bahkan
mungkin ikatan keluargaan. Tapi tidak bisakah ada sedikit unsur kesederhanaan?
Haruskah selalu dalam bingkai kemewahan? Haruskah hura - hura, haruskah slalu
dengan makan bersama di restoran?
Haruskah Saya mulai berfikir tidak warasnya mereka ketika selalu berusaha
mengejar kesenangan dunia, melihat bagaimana mereka hidup. Galau sedikit
karaoke, bosen dikit ngemall, pengen curhat pergi ke kafe. Apapun itu bau bau
hedonisme. Kuliah seharusnya bukan hanya sekedar berubahnya gaya hidup yang
biasa menjadi luar biasa. Tak sekedar itu..
Melirik ke kampus sebelah membuatku semakin
resah, lihat bagaimana mereka hidup penuh perjuangan, lihat mereka di tempa
untuk jadi militan, lihat mereka bisa menjalin kebersamaan bahkan dalam lingkar
kesederhanaan, tapi coba liat sehebat apa alumni yang mereka ciptakan, direktur
garuda bahkan sampai direktur perusahaan kelas pertamina.
Memang tidak semua metode bisa di terapkan
di tempat yang lain. Tapi selama ini baik kenapa tidak mau mencoba? Apa karena
teori yang sudah ada menghambat langkah kita untuk berusaha berubah? Apa kita yang
terlalu sombong? Atau kita yang terlalu nyaman?
Maafkan pikiran pikiran rusuh ini, ini
hanya ungkapan mahasiswa yang bingung karena merasa berhenti berkembang, hanya ungkapan
mahasiswa yang tidak nyaman dalam kenyamanan, hanya mahasiswa yang kebingungan atau
bahkan ketakutan. Hanya ungkapan mahasiswa yang ingin berjuang tapi tak tau apa
yang harus diperjuangkan.
Curhatan seorang Mahasiswa.