Selasa, 30 Agustus 2016

Sajak Aku

Aku yang lelah karena mimpi tanpa aksi...
Aku yang rapuh karena mengikuti hawa dan nafsu...
Aku yang terhinakan karena kesombongan dan pengakuan...
Aku bertanya kepadamu tentang ketenangan dan kedamaian sejati?
Engkau jawab dengan "Keimanan dan Berserah diri..."
Saat aku menyadari, aku tak mengerti, saat aku mengerti aku tak pula memahami...
Melalui pengalaman dan waktu...
Engkau selalu mengajariku...
Bahwa aku tak perlu menyalahkan apapun, siapapun, bahkan kekurangan dan kelemahanku sendiri...
Maafkan aku yang telah menentangmu...
Maafkan aku yang telah mengabaikanmu...
Sesungguhnya aku dan kamu adalah satu...

Maka izinkanlah aku berdamai denganmu wahai hati.

Rabu, 17 Agustus 2016

Curahan hati

Belajarku sebagai mahasiswa masih sebatas membaca dan membuat makalah. Pengalamanku sebagai mahasiswa masih sebatas pelaksana dan perencana program kerja.
Setiap kampus berbudaya, ada yang bangga dengan jas birunya, ada yang bangga dengan perjuangannya, ada pula yang aktif dengan  mengawal setiap kebijakan pemerintahan bangsanya. Setiap kampus punya budayanya, ada yang bangga dengan bagusnya bungkus luar kampusnya tapi siapa yang tahu ternyata mlempem isi di dalamnya.

Eksistansi mahasiswa sekarang adalah visual mata, bukan esensi dari banyaknya kontribusi nyata. Siapa yang peduli?  Selama dia hits, rame, cantik, menarik dan pandai bergaya semua orang akan mengenalnya. Kemana perginya orang di kenal karna karyanya? Kemana perginya orang yang dikenal karena tulisannya? Kemana orang yang dikenal karena kontribusiinya? Kemana perginya orang yang dikenal karena prestasinya?

Semua sibuk dengan keinginan cepat lulus biar cepat kaya. Lupa dengan situasi diluar mereka, lupa untuk memcoba mengerti  apa lagi untuk peduli . Hingga ada yang berkata,"selama tidak merugikanku itu tidak masalah, selama tidak merugikanku apapun terserah mereka"

Peluh keluh keringat semangat perjuangan telah digantikan dengan canda tawa kebersamaan. Pokoknya kebersamaan, lupa kalo kebersamaan butuh pengeluaran. Tidak masalah bila kebersamaan adalah sebuah momen berkumpul bersama untuk saling membuat ikatan persahabatan atau bahkan mungkin ikatan keluargaan. Tapi tidak bisakah ada sedikit unsur kesederhanaan? Haruskah selalu dalam bingkai kemewahan? Haruskah hura - hura, haruskah slalu dengan makan  bersama di restoran?

Haruskah Saya mulai berfikir tidak warasnya mereka ketika selalu berusaha mengejar kesenangan dunia, melihat bagaimana mereka hidup. Galau sedikit karaoke, bosen dikit ngemall, pengen curhat pergi ke kafe. Apapun itu bau bau hedonisme. Kuliah seharusnya bukan hanya sekedar berubahnya gaya hidup yang biasa menjadi luar biasa. Tak sekedar itu..

Melirik ke kampus sebelah membuatku semakin resah, lihat bagaimana mereka hidup penuh perjuangan, lihat mereka di tempa untuk jadi militan, lihat mereka bisa menjalin kebersamaan bahkan dalam lingkar kesederhanaan, tapi coba liat sehebat apa alumni yang mereka ciptakan, direktur garuda bahkan sampai direktur perusahaan kelas pertamina.

Memang tidak semua metode bisa di terapkan di tempat yang lain. Tapi selama ini baik kenapa tidak mau mencoba? Apa karena teori yang sudah ada menghambat langkah kita untuk berusaha berubah? Apa kita yang terlalu sombong? Atau kita yang terlalu nyaman?

Maafkan pikiran pikiran rusuh ini, ini hanya ungkapan mahasiswa yang bingung karena merasa berhenti berkembang, hanya ungkapan mahasiswa yang tidak nyaman dalam kenyamanan, hanya mahasiswa yang kebingungan atau bahkan ketakutan. Hanya ungkapan mahasiswa yang ingin berjuang tapi tak tau apa yang harus diperjuangkan.

Curhatan seorang Mahasiswa.

Kamis, 14 Juli 2016

Sajak tentang bayangmu

Meskipun telah berulang kali ku mencoba untuk menghindari dan mengelak perasaan ini, namun tetap saja rasa itu hadir tanpa bimbang. Terus merasuki jiwaku yang kelam dan tenggelam dalam bayang-bayangmu di setiap malam. Namun aku tak pernah merasa bosan dengan bayanganmu itu. Meski hanya bayangan di angan, kau selalu bisa membuatku tersenyum saat ku melihat bayangmu itu. Kau sungguh telah membuatku begitu amat terpesona dengan keindahanmu yang rupawan. Tak banyak orang yang bijak sepertimu ketika memutuskan untuk masa depannya sendiri. Dan aku semakin terpesona karena itu.
Di malam yang tidak begitu bersahabat bagiku, terlintas begitu banyak bayang-bayang tentangmu. Saat kau memberiku secercah harapan baru. Membuatku begitu yakin akan arti hadirmu untukku. Bagiku, sangatlah tidak mudah untuk bangkit tanpa kata-kata yang kau lontarkan untukku. Sungguh membangkitkan semangat hidup untukku. 
Cukuplah bagiku untuk selalu merindukanmu. Di setiap sudut malam yang kelam, terkadang ingin rasanya air mata berlinang, tapi itu tak akan menghapuskan rasa ini. Rasa untukmu yang entah berapa lama akan tetap singgah dalam diriku. Begitu mengagumkan memang, tapi tidak seharusnya terus berada pada diriku. Siapalah aku bagimu untuk tetap mengukir rasa itu. Memalukan jika terus begitu. Hanya doa yang selalu ku panjatkan untukmu. Berharap Tuhan mendengar segala jeritan kata hatiku untuk tidak membuatku egois dengan rasa itu. 

Senin, 11 Juli 2016

Malam Ini

Saatku memejamkan mata beberapa malam terakhir ini
Selalu saja kau hadir lebih dari seperti biasanya
Kau menghiasi seluruh tatapanku ke mana pun arahnya
Begitu banyak yang terpikirkan semua tentangmu
Mungkin itu perasaan rindu yang beberapa waktu lalu terpendam
Atau hanya ingatan tentangmu yang biasa saja
Entahlah...
Aku membiarkannya berlalu begitu saja
Meski sampai kini pun aku selalu terpikirkan tentangmu
Kau yang telah mengajarkanku menikmati hidup
Sekalipun kehidupan yang pahit dan begitu menyesakkan
Kau yang menunjukkanku bagaimana merasakan bahagia
Tentang ironi kehidupan yang kian merajalela
Kau begitu tenang menanggapi semua itu
Memberikanku kehangatan dalam menjalani kehidupan

Seperti yang selalu kurasakan hari-hari kemarin 

Kamis, 23 Juni 2016

Très tard

Kau sudah sangat terlambat untuk datang padaku
Untuk memohon maaf atas semua yang telah kau lakukan
Untuk berharap aku akan dengan mudahnya datang padamu
Untuk membuat lembar baru bersamamu lagi

Jangan kau harapkan semua itu terjadi
Aku sudah tidak sudi lagi denganmu
Sekian lama kau perlakukanku layak boneka
Dengan begitu sadisnya untuk makhluk yang disebut manusia
Tak pedulikan apapun yang ada di sekitarmu
Entah itu perasaan, harapan, impian, bahkan keadaan
Kau hanya pedulikan ego dalam dirimu saja
Sampai saat ini pun kau belum juga menyadari itu

Oh tidak, aku salah..
Mungkin kau sudah menyadarinya
Tapi kau masih tetap keras kepala dan tidak peduli
Hanya lisanmu saja berkata peduli untuk sesaat
Kau tak pernah merasa bahwa dirimu telah bersalah
Hanya nafsu untuk menyenangkanmu saja yang selalu kau pikir
Sungguh menyedihkannya dirimu di mataku

Kini kau tak perlu bersusah payah datang padaku
Hanya untuk sepenggal kata maaf, menyesal, ataupun tolong
Bagiku semua tentangmu sudah tidak ada artinya lagi
Semua sudah terlambat, amat sangat terlambat
Tidak ada kesempatan ketiga, keempat, kelima dalam kamus hidupku
Apalagi hanya untuk seseorang seperti dirimu
Kata maaf dan sangat terlambat untuk dirimu
Tak akan pernah kusesali sepanjang hidupku


Rabu, 22 Juni 2016

May be remnants taste it

Bagimu...
Mungkin aku sudah tak ada harga diri lagi
Mungkin aku tidak bisa merubah diriku ini
Mungkin aku sudah terlihat memuakkan
Mungkin karma sedang menghampiriku
Mungkin aku kini pantas mendapatkannya
Mungkin harusnya sudah sedari dulu begini

Merasakan penyesalan yang amat sangat
Mengharapkan kau akan memaafkan semua
Kemudian kau datang menghampiriku lagi
Seperti yang pernah ku lakukan sebelumnya
Tidak hanya sekali

Aku memang sungguh menyesal
Tapi aku bimbang
Aku selalu berjalan menjauh darimu
Dan aku kemudian berpaling

Membiarkan perasaanmu yang begitu dalam
Mengabaikan kesetiaan yang kau tunjukkan
Ku hempaskan kau ke dalam jurang yang dalam
Mungkin kau begitu kesakitan
Kemudian aku datang padamu lagi
Setelah ku berpaling darinya

Kau yang begitu lugu dengan kesetiaanmu
Begitu mudahnya memaafkanku yang hina
Seolah tak pernah terjadi apa-apa padaku

Namun kini, kau begitu dingin
Tak pernah ku dengar lagi panggilan itu
Tak pernah ku lihat lagi sorotan mata itu
Dan tak kudapatkan lagi kesetiaan itu
Sungguh aku menyesali semuanya
Tapi apa yang bisa kulakukan kini
Kau hanya memalingkan wajah ketika ku berbicara
Bahkan berusaha menghindar ketika ku mendekatimu
Kau yang begitu ku sayang namun telah ku sia-siakan
Mungkinkah masih ada sisa-sisa kesetianmu itu untukku?

Aku begitu ingin kembali padamu
Sungguh maafkan aku yang begitu hina
Mungkin kau benar, aku tidak akan pernah bisa baik
Aku masih saja melakukan hal-hal yang menyakitkan orang lain
Sampai kini, tak ada lagi yang benar-benar pedulikanku
Dan aku telah di ambang kehilangan peduli dan kesetiaanmu juga
Aku sungguh amat sangat menyesali semua yang kulakukan padamu

Bisakah kau pedulikanku lagi?
Mampukah kau mempercayaiku lagi?
Sudikah kau memberikan kesetiaanmu dan mungkin sisa-sisa rasa itu lagi?

Minggu, 19 Juni 2016

Enough

Cukup beri aku keyakinan saja, kelak kekuatanku akan terbentuk berkat itu
Terus beri aku keyakinan untuk tidak menyesali langkah yang aku jalani saat ini
Bantu aku menjadi diriku sendiri seperti sedia kala
Bantu aku menemukan kedamaian hidupku
Bantu aku untuk terus bangkit dan senantiasa berjuang
Bagaimanapun sulitnya perjalanan yang harus ku tempuh

Tetaplah jadi sosok yang mengisi hatiku
Sampai aku mampu berjalan sendiri tanpa harus memikirkanmu
Tetaplah jadi bunga hariku
Tetaplah jadi orang yang bisa mengubah perjalananku
Perjalanan menuju kebaikanku
Menuju ketentraman dan kebahagiaan hidupku

Tak perlu kau peduli esok akan seperti apa
Tak usah peduli kelak kau akan bersama siapa
Tak perlu kau pedulikan takdirmu
Dan tak perlu kau pedulikan pula takdirku
Cukuplah diam di sana seperti sekarang
Jangan pernah pergi apalagi menghilang
Karena aku hanya perlu kau yang seperti itu
Kau yang tidak banyak bicara
Hanya sajakmu yang mungkin sesekali ku baca
Untuk membangkitkan semangatku lagi dalam menempuh jalan ini

Cukupkanlah bagiku kau tidak perlu menjauh
Tak perlu menghindar dariku
Tak perlu diam-diam pergi
Cukuplah menjadi teman bagiku
Teman yang tak akan pernah terlupa
Tidak harus teman dekat ataupun spesial
Cukup jadi teman biasa saja
Tanpa perlu peduli hal apapun itu
Cukuplah begitu
Cukup tetap jadi salah satu pondasiku
Sampai aku benar-benar sudah berdiri kokoh lagi
Karena kau datang saat aku di reruntuhan bangunanku
Dan kau dengan sukarela menawarkan diri untuk jadi pondasi baru

Entah akan bertahan sampai kapan
Cukupkanlah kau tetap seperti itu bagiku
Yang akan selalu membuatku tetap berdiri kokoh
Sekalipun badai terus menerjang
Jangan pernah merubah posisimu dan membuatku hancur
Hanya dengan sesuatu hal kecil apapun
Cukuplah tetap tegar dan tersenyum di sana
Sekalipun kau pun sedang merasa sulit dan sedih
Tetaplah kokoh agar aku pun begitu
Karena dengan begitu kau tak akan pernah tumbang
Begitu pun denganku, cukuplah semua itu.

Rabu, 15 Juni 2016

Kehidupan insan pengguna jalan

Malam ini rupanya sang bintang sedang berbahagia
Dia berpesta pora menghiasi langit yang agak sedikit suram
Meskipun kilatan cahaya menyambar menjilat sang pencakar langit
Namun tak alih sang bintang tetaplah bersorak riang
Di sepanjang jalan yang tak pernah hilang namun kini mulai usang
Tercatat milyaran kenangan yang begitu mendalam
Tentang suara-suara mungil yang kini telah hilang
Tentang canda tawa dan senda gurau yang ringan
Tentang beberapa dosa kecil yang dilakukan namun termaafkan
Tentang romantika kehidupan insan pengguna jalan
Tentang raungan dan jeritan hati beberapa insan yang mengenang
Juga tentang rindu yang tak pernah berujung
Semua masih terasa sama
Nyanyian jangkrik dan binatang malam yang setia menemani
Deruan mesin-mesin kendaraan yang berlalu lalang
Gemericik air di selokan yang tak terlupakan
Semua menjadi saksi bisu para insan yang kini sedang termenung
Entah yang sedang termenung mengenang masa lalu
Merasakan kepedihan yang begitu dalam
Merasakan kebahagiaan
Ingin mengulang semua kenangan
Atau bahkan hanya sekedar sedang melamun saja

Terima kasih Tuhan, malam ini seakan terasa nyaman bagi semua insan pengguna jalan.

Kamis, 19 Mei 2016

Sang malam

Segenap hati merambat pilu
Seolah malam tiada bintang, tiada pula bulan
Angin terseok-seok renta menganga
Menembus bilik tipisnya jaringan epidermis manusia
Binatang malam berkoar mengumandang
Menjerit-jeritkan keluh kesah merana
Sekumpulan dedaunan yang gemeresak
Mengharapkan pijakan untuk mendiamkan
Kaki-kaki yang masih belum lelah berjalan
Berlomba-lomba mencari tempat peneduhan
Alangkah ironisnya dunia malam
Yang selalu menyapa pada penderitaan
Segala penyesalan
Pengharapan
Pengorbanan
Penantian
Seolah melebur menjadi butiran debu
Yang entah kian berantah kemana berujung
Mata-mata manusia yang membelalak fana
Masih terus menyala tak peduli surya
Mendongkrak seluruh kelamnya malam
Hingga pagi menjelang
Dan senja kan datang kemudian

Minggu, 01 Mei 2016

Awan Senja

Hari yang cukup cerah untuk memulai segala hal baru di bulan yang baru
Mungkin dapat dimulai dari tentangmu
Yaa, memang harus memulainya dari ingatan itu
Pikiran yang selalu dipenuhi bayangmu
Nada-nada merdumu yang berdenyut dalam nadi
Bahasa kalbumu yang masih terasa di setiap gerak lambai tubuh
Dan sisa-sisa harapan yang masih selalu menutupi tatapan
Dirimu bagaikan jingga dikala senja yang begitu indah
Hanya singgah sejenak dan kemudian berlalu begitu saja
Tapi selalu meninggalkan kenangan-kenangan yang mendalam
Kenangan yang akan terus membekas pada diri sang pemuja senja
Sedang sang pemuja tak pernah tau
Seberapa lama kenangan itu akan menghiasi hidupnya
Seperti kepasrahan sang awan yang begitu elok
Selalu berubah bentuk dan mengikuti alur takdirnya
Dari air yang kemudian akan menjadi air kembali
Mungkinkah begitu pula dengan semua tentangmu itu?
Jika begitu, alangkah indahnya untuk terus melangkah
Menatap awan jingga disenja esok yang baru nan indah pastinya

Semoga.

Jumat, 29 April 2016

Tentang Kamu

Tertawa pun karena aku teringat tentang kamu
Aku selalu bertanya-tanya sampai kapan perasaan seperti ini akan hadir dalam hariku?
Entah sampai kapan pula aku akan terus memikirkan tentangmu?
Memimpikan dirimu itu yang menghiasi setiap tidurku
Tak peduli siang ataupun malam
Kau selalu saja hadir sesukamu
Aku terkadang lelah merasakan ini semua
Tapi apa daya inilah yang aku rasakan saat ini
Inilah yang terjadi pada diriku saat ini
Aku hanya berusaha untuk menggantikanmu dengan yang lain
Tapi aku belum bisa melakukannya
Sungguh, maafkan aku..
Maafkan kebodohanku yang tak bisa berpaling darimu
Tapi aku akan mengabulkan permohonanmu itu
Aku akan melakukannya semampuku, sekuat hatiku
Kau memang sungguh hebat bisa membuatku berubah
Membuatku jauh ke arah yang lebih baik lagi
Tapi aku tak menyangka jika semua itu hanya kiasan sesaat
Hanya pertemuan singkat yang mungkin bagi orang lain yang melihat itu tidak ada artinya
Namun bagiku itu sangatlah berarti
Dalam sujudku aku selalu memanggilmu, menghadirkanmu dalam bait doaku
Jikalau Tuhan mengijinkan, aku ingin berada di sisimu
Tak peduli jarak dan waktu akan memisahkan
Namun pada akhirnya kau akan bersamaku
Berada di sisiku dan menemani hariku selanjutnya
Aku yang selalu merindukanmu tak kenal waktu
Tak pernah mengerti bahwa jiwa ini sedang lelah
Tetap saja merindumu
Rasanya tak ada sedikitpun celah untuk orang lain menggantikanmu di pikiranku
Aku tak tau apa yang terjadi padaku
Aku pun tak mengerti mengapa aku seperti ini
Seperti anak ayam yang kehilangan induknya
Bingung tiada tau harus pulang kemana
Mungkin hatiku sudah lelah dengan semua kebohongan belaka
Sampai akhirnya kau juga datang dengan kebohongan yang sama
Tapi kau perlahan mengganti kebohongan itu dengan kejujuranmu
Kejujuran yang mungkin tidak semua orang tau
Bagiku itu tidak mudah kau mengatakannya
Dan bagiku kau telah memulai segala kejujuranmu
Itulah yang membuatku tetap bertahan
Aku menjadi lebih percaya padamu
Entah kau pedulikan atau tidak
Aku selalu menanamkan kepercayaan padamu
Aku memang berharap padamu
Tapi mungkin aku tidak dapat memilikimu sekarang
Entah esok aku masih diberikan perasaan seperti ini atau tidak
Itu urusan Tuhan
Aku hanya pasrah pada kehendak-Nya
Saat ini aku hanya sedang merindukanmu
Sangat merindukanmu
Memang aku ingin sekali berjumpa denganmu
Tapi aku takut tak sanggup membendung rinduku jika aku harus berhadapan denganmu
Mungkin ini cara Tuhan membuatku lebih tegar lagi
Tapi sesungguhnya, aku hanya ingin memelukmu
Sebelum aku tak dapat melihatmu dalam waktu yang tidak sebentar
Mungkin aku terlalu cepat untuk mulai mencintaimu
Perasaan memang tidak pernah salah
Hanya kadang tidak pada tempatnya saja
Terima kasih untuk beberapa waktu lalu
Aku sangat bahagia
Aku berharap kau juga merasakan hal yang sama
Tidak sekedar kata-katamu saja
Aku sangat takut untuk menghubungimu
Mengatakan bahwa aku rindu
Aku tidak sanggup
Apalagi aku harus mengatakan aku mencintaimu
Cukuplah doaku selalu mengalir untukmu
Biar Tuhan yang mempedulikan ini semua
Sekalipun mungkin kau tidak akan pernah menanggapinya.

Jumat, 01 April 2016

Untukmu, yang sedang mengulang hari lahirnya

Aku ingin sekali dapat menuliskan bait yang lebih indah dari ini untukmu. 
Tapi tentu saja bait-baitmu itu jauh lebih indah dari milikku. 
Meski begitu aku berharap kau tak segan menyempatkan diri untuk membacanya.  
Saat kau membuka mata hari ini dari lelapnya tidurmu malam tadi, mungkin kau merasa seperti biasa saja. 
Masih seperti pagi yang biasanya. 
Di sambut dengan pemandangan yang biasa pula. 
Seakan tak ada bedanya dengan hari-hari yang kemarin. 
Tapi mungkin kau juga menyadari bahwa hari ini kau patut untuk lebih berbahagia, untuk lebih menghargai hari ini dan selanjutnya. 
Karena alangkah berartinya hari ini dalam hidupmu. 
Hari di mana usiamu bertambah dan waktumu untuk hidup semakin berkurang. 
Entah harus sedih atau bahagia, tapi inilah hidupmu saat ini yang patut kau jalani lebih baik lagi. 
Masa mudamu hampir habis, seiring waktu yang terus bergulir dan jatah kehidupanmu pun semakin berkurang. 
Oleh karena itu, hari ini bisa jadi perenungan untukmu. 
Begitu banyak mimpi dan harapan serta doa puja puji kau panjatkan pastinya. 
Untuk merubah sikap, kepribadian, pola pemikiran dan merubah segalanya menjadi lebih baik lagi. 
Di sana, esok, ada cita dan tujuan yang membuatmu jauh ke depan melampaui ruang dan masa. Selamat mengulang hari kelahiran. Semoga imanmu semakin kokoh. Lebih menyayangi Tuhan dan di sayang oleh-Nya. Semoga kau dapat merasakan kebahagiaan yang hakiki di sepanjang sisa hidupmu dan di kehidupan kekalmu selanjutnya.

Selasa, 22 Maret 2016

Ya...

Ya...
Kau sungguh membuatku frustasi.
Baru saja kemarin kau tunjukkan aku hidup kembali.
Kau memberikanku makna harapan yang indah.
Tapi mengapa kini justru menjerumuskan ku pada lubang hitam.
Seakan semuanya berada di jalan buntu.
Tak sanggup aku berjalan sendiri seperti ini.
Rasanya ingin tenggelam dan menghilang sajalah.
Penat. Sedih. Bingung. Putus asa.
Berbaur menjadi suatu ketidakjelasan.
Mengubah arah dan tujuan menjadi tak menentu.
Ya...satu kata yang sungguh membuat aku terpuruk lagi.
Entah sampai kapan kata itu terngiang di telingaku.
Seberapa lama lagi kata itu hinggap di pikiranku.
Kata yang begitu indah jika pertanyaannya pun indah.
Tapi tidak untuk sebaliknya.
Yang telah menjatuhkan harapan-harapan indahku.
Perjalanan yang bagiku itu tidak mudah dilalui.
Kini dengan mudahnya pupus hanya dengan satu kata “Ya”
Ooh..sungguh kejamnya engkau Ya.
Tak peduli betapa pun orang mengharapkan kau terucap karena pertanyaan indah.
Kau bahkan tak peduli apapun dan siapapun yang mengucapkannya.
Tapi  apalah daya aku ini untuk mengubah engkau.
Kau tetaplah hanya sebuah kata, “Ya”
Yang akan bermakna indah jika itu berasal dari pertanyaan indah.
Dan akan memusnahkan harapan jika itu sebaliknya.
Itulah engkau, Ya...

Senin, 21 Maret 2016

Replies Apology

Lagi-lagi sajakmu teramat menusuk di setiap sendi ini.
Aku bisa merasakan betapa kejamnya dirimu terhadap perasaan.
Perasaan yang sebenarnya tidak pernah bersalah.
Hanya perasaan itu yang terkadang lancang untuk singgah di hati para insan.
Tak perlulah kamu menancapkan paku bila pada akhirnya paku itu akan kamu cabut dan pindahkan bahkan kamu buang.
Harusnya memang seperti itu.
Tapi tidak dengan kehidupan ini yang teramat kejam.
Begitu banyak insan menancapkan paku yang pada akhirnya mereka cabut kembali untuk dipindah tempatkan, bahkan ada pula yang kemudian di buang hingga berkarat tak berguna.
Mungkin itulah sedikit cerminan hidup yang fana ini.
Bagiku, bagimu, baginya dan bagi mereka.
Tapi apakah terpikirkan olehmu?
Pada setiap huruf yang tertulis olehmu.
Pada setiap kata yang terukir olehmu.
Pada setiap kalimat yang terangkai olehmu.
Pada setiap sajak-sajak yang teruntai olehmu.
Dan pada setiap pendalaman makna dari semua itu?
Seonggok harapan yang kau sajikan untuk memusnahkan harapan lain.
Rupanya selalu tersirat dalam benakmu apa itu arti pesakitan.
Tapi tak pernah dirimu menelaahnya.
Hanya selalu pergi dan pergi dengan sajak-sajakmu itu.
Selalu menghindari pesakitan yang harusnya di atasi.
Hingga akhirnya hanya menumpukkan pesakitan-pesakitan yang lain.
Sudahkah dirimu tersadar akan perasaanmu itu?
Perasaan yang selalu hadir dalam dirimu tak kenal waktu dan tak kenal kepada siapa perasaan itu tertuju.
Jangan mengatasnamakan Tuhan demi menghindari semua itu.
Karena Tuhanlah yang telah menyajikan skenarionya.
Cukup hadapi saja, jangan pernah menghindarinya.
Seperti kata-kata dalam sebuah sajak, "biarkan saja mengalir".
Dengan begitu semua akan tetap bahagia.
Janganlah buat pesakitan lagi hanya untuk satu kebahagiaan.
Pikirkanlah, hari esok itu lebih berharga bagi setiap insan yang masih diberi kehidupan.
Jangan buat pemusnahan harapan hanya karena satu perasaan yang menimbulkan keegoisan.
Jikalau begitu semua tak akan merasakan kebahagiaan yang mendalam.
Teruslah belajar untuk mendewasakan diri selagi Tuhan memberi waktu menikmati kehidupan.
Tak perlu merasa bersalah dan disalahkan. 
Cukup renungkan saja. 
Serahkan pada Tuhan. 
Semua akan terasa ringan dan indah. 
Dan di situlah bisa ditemukan kebahagiaan. 
Dalam diri setiap insan.

Sabtu, 19 Maret 2016

...

Ragaku terlalu rapuh.
Jiwaku mudah terkoyak.
Kalbuku sering terpolusi.
Air mataku tak bisa ku bendung.
Tatkala kau tak di dekatku.
Seakan atmosfer tak menyelimuti bumi.
Aku merasa hampa.
Seperti hujan tanpa indahnya pelangi.
Kedamaian hati tak ku rasakan.
Kau hilang tak berbekas.
Semburat senyum pun tak ada.
Siluet kebaikan lenyap.
Mungkin terhapus oleh dinginnya sikapmu.
Aku tak sanggup menjalani ini.
Hidup penuh onak dan cabaran.
Aku tak kuat lagi melangkah.
Apabila kerikil-kerikil duka masih terhampar di jalanku.

Jumat, 18 Maret 2016

Setiap Detik Dalam Hidupku

Setiap detik dalam hidupku diwarnai pengkhianatan.
Terlalu kejam untuk jadi kenyataan.
Terlalu buruk untuk jadi mimpi buruk.
Dan tangispun tak sanggup menggambarkan apapun.
Lagu-lagu mengalunkan nada empati.
Seolah tahu perasaan apa ini.
Seandainya semudah itu menerima kenyataan.
Seandainya ia tak merampas seluruh nafasku.
Seandainya ia menyisakan sedikit untukku.
Agar setidaknya aku bisa berdiri lagi.
Benar kiasan menyayat hati.
Teriris tipis dan tertusuk tombak dalam-dalam.
Bilamana darah yang tak terhenti.
Mengucur dari irisan nadiku.
Seperti itulah sakit yang abadi.
Nafasku direnggutnya, Nyawaku dicurinya.
Ia mengambil semuanya, setiap detik dalam hidupku.

Kamis, 17 Maret 2016

Hariku..

Kutahu malam itu sepi.
Nyanyi jangkrik bermelodi.
Gambar hari yang tak mudah.
Sepanjang apa itu hidup.
Kuyakin pagi itu indah.
Sapa surya yang tak lekang.
Meski waktu tiada pernah berhenti.
Ganas menindas...
Kupasti siangku berarti.
Peluhku sudi mengaku.
Polusipun mengiyakan.
Sulitnya hari ini.
Kupercaya senjaku indah.
Terhampar mega berarak.
Lukis bayang-bayang kelabu.
Lambaian tangan untuk suryaku.
*99

Rabu, 16 Maret 2016

Kangen.

Sudah dini hari, tapi mataku masih belum bisa terlelap.
Aku kangen. Beneran. Mungkin ini terdengar aneh.
Oh tidak, tidak aneh..Itu hal yang normal.
Namamu berangsur masuk ke otakku diatas hafalan SIG ku

yang terlanjur lebih dulu masuk ke otakku.
Kamu menggangu sekali.
Tiga hari yang lalu, kemarin dan hari ini, kamu kembali lagi.

Masih di tempat yang sama,
Di otak dan hatiku.

Jujur..
Aku benci.
Kamu datang, memberi kabar, lalu pergi..

Ingin rasanya aku dapat memilikimu.
Tapi, mengingat kata-katamu kemarin, aku serasa memuai.
Kalau aku bom, aku sudah meledak dari kemarin.
Sakit, iya? 

Tapi itu realita, hanya butuh waktu untuk menerimanya.
Sore tadi hujan.
Ya memang hari belakangan ini hujan selalu mengguyur kota ini..
Deras, meninggalkan bau tanah basah dan udara yang dingin.

Rasanya aku ingin berlari dan menuju kota itu
Segera menemukan hati yang pernah tertinggal di sana

Kangen.
Berharap kamu tahu.
Walaupun sebenarnya kamu tak akan pernah tahu.

Ah, tidak..rasanya kamu pasti lebih tau tapi tidak peduli.
Tapi aku masih berharap kamu peduli.
Walaupun kamu tipe orang yang cuek setengah mati.

Kangen.
Tapi aku berusaha untuk tidak kangen.
Rumit ya? Kangen itu memang selalu rumit kok!
Lebih rumit lagi, kalau aku merasakannya tapi kamu tidak merasakannya.
Cara terbaik adalah menahannya, melupakannya, atau mungkin membuangnya jauh dari otak ku ini, segera!
Berhasil atau tidak? Itu urusan belakangan.

Kalau aku kangen, cukup menatap jendela
mengetuk-ngetuknya dengan tangan, 

berharap nafasmu ikut berembun disitu.
Terobati atau tidak?
Itu urusan belakangan.

Minggu, 13 Maret 2016

Hanya Renungan Sesaat

Sore baru saja berlalu, kini malam pun semakin larut.
Aku masih tetap terjaga dalam anganku.
Entah apa yang aku pikirkan saat ini.
Hanya terbesit seonggok keganjalan dalam hati.
Yang entah mengapa masih saja belum terurai.
Aku masih saja terhanyut suasana hingga jemariku mulai bereaksi.
Bersama alunan yang berirama indah, ku mulai menjentikkan jemari lagi.
Jemari yang telah lama terhenti karena terhanyut rasa.
Rasa yang begitu tak kuasa untuk diingat kembali.
Cukup hari itu, aku terakhir mengungkapkannya untuk melupakan rasa itu.
Untuk membuang jauh kenangannya agar tidak dapat terlihat lagi.
Bersama isakku, ku ungkapkan semuanya sampai aku lega dan...
Akhirnya aku berjanji tidak akan pernah kembali pada sosok yang memberikanku rasa itu.
Terima kasih telah membuka hatiku.
Sekalipun mungkin saat ini akan tertutup kembali.
Tapi tidak dengan sosok yang memberikanku kelemahan.
Melainkan dengan sosok yang telah memberi dan menunjukkanku arti apa itu kebahagiaan.
Aku bukan lagi sosok yang lemah dan bisa seenaknya saja dipermainkan.
Aku, sudah bukan seperti kemarin lagi.
Yang selau mengalah di depannya dan selalu bisu untuk membalas perkataannya.
Kini aku hanya akan melawan jika suatu hal itu akan membuatku terjatuh lagi dan menjauhkanku dari kebahagiaan yang baru saja aku bangun kembali.

Kamis, 10 Maret 2016

Asa

Detak jam diam-diam menyergap malam
Buncah percik warna memburai ke mega-mega
Melahap lebur umur dengan hitungan mundur
Dengan suka cita berharap asa tak terlupa
Penghujung hari insan manusia akan terlahir kembali
Rapatkan tafakur memperbanyak hati bersyukur
Esok yang dinanti tak jua disesali
Selama hati tahu kemana kebaikan harus terpatri

Senin, 07 Maret 2016

Sebuah Harapan Baru

Ada saat-saat aku ingin menghancurkan hidupku sendiri karena rasanya sudah penuh otakku, sudah sangat lelah jiwa dan ragaku. Namun aku masih berpegang teguh pada Tuhan. Aku masih ingin mendapatkan dan merasakan keajaiban Tuhan lagi. Tidak terasa memang waktu itu terus berjalan, terus berlalu, pergi begitu saja tanpa menghiraukan apa yang terjadi dengan alam. Aku, yaa aku..yang masih tersudut dengan kenangan yang entah mengapa masih tersirat padahal aku telah berusaha untuk mengikhlaskannya. Aku belajar mencintai dengan kehilangan. Mungkin pemikiranku terlalu berlebihan menurut beberapa pandangan orang, atau justru terlalu sempit? Entahlah..
Tapi Tuhan selalu berlaku adil padaku. Perlahan, aku pun mulai merasakan keajaiban itu lagi. Keajaiban yang tidak semua orang mendapatkannya. Kini aku dapat merasakan kedamaian itu lagi, aku merasa nyaman, aman, tentram lahir batinku. Finally, aku merasakan kebahagiaan.. :)
Terima kasih Tuhan..engkau memberiku kesempatan merasakan keajaiban-Mu lagi melalui perantara dia. Yaa dia..atau kamu..mungkin lebih tepatnya kamu ya..hahaa iya kamu yang dengan perlahan bisa membuatku membuka hati kembali. Kamu membawaku naik ke atas menuju puncak yang sangat tinggi dan terjal. Membuatku beranjak dari tempat yang aku pijaki dan dalam beberapa waktu lalu aku masih stuck di tempat itu. Sekarang, kamu masih mengajakku untuk terus mendaki tanpa harus menengok ke bawah lagi. Aku ingin beristirahat sejenak tapi semangatmu membuatku tak ingin beristirahat lagi. Sangat menggebu memang, tapi mungkin semangat itulah yang aku cari. Karena dengan begitu aku mampu terus berjalan dan tidak menghiraukan hal-hal yang telah membuatku jatuh dan stuck di tempat tadi. Aku sangat bahagia, rasanya mimpi dan anganku sudah di pelupuk mata. Serpihan harapan baru untuk mencapai puncak semakin dekat kulihat dan kurasakan. Aku hanya ingin terus berjalan dan mendaki menuju puncak itu. Harapanku, kamu mampu dan bisa mencapai puncak juga dan berada di sana bersamaku. Dengan begitu pastilah kita bahagia..
Namun, untuk ke depannya biarlah Tuhan yang menunjukkan jalannya agar kita mampu terus bertahan di puncak dengan kedamaian, kenyamanan, ketentraman dan kebahagiaan..
I awalys hope, but i don't expect. Semoga Tuhan menjaga kebahagiaan kita,,.Amin.